Sabtu, 25 Juni 2011

Kerajinan Tukang Emas di Tondano


Arti nama kampong Wulauan di Minahasa (Tondano) merupakan kata benda yang menjelaskan berbagai bentuk perhiasan emas. Kata Kendis artinya selain lesung pipit adalah kecantikan pengunaan emas. Dari seluruh negeri di Minahasa (selain dikota Manado), hanya di Tondano yang memiliki kerajinan barang perhiasan emas. Penulisan Belanda pertama yang menggunakan perhiasan emas oleh kalangan kaum pria adalah C.G.C. Reinwardt ketika ia menjadi tamu kehormatan di Tondano pada 20 Oktober 1821. Akan tetapi bukunya yang berjudul “Reis Naar Het Oostelijk Van de Indishen Archipel in het Jaar 1821” baru terbit tahun 1858. Pada halaman 560, disitu ditulis:
“De hoofden waren allen welgekleed met goud gallon geboorden hoed, met gouden en silveren doosjes omhangen… de dekommandanten met lansen en schilden, met goud omzette rokken gekleed”.
Terjemahan bebas:
“Para pemimpin negeri, berbusana baik dengan topi berhias emas, dengan emas dan perak bergelantungan… para komandan (pemimpin kabasaran) memegang tombak dan perisai, berbusana kain tenun berhias emas”.
Kerajinan tukang emas di Tondano dianalisa oleh penulis N. Graffland dalam bukunya “De Minahasa 1898”. Jilid I, halaman 340-341 sebagai berikut:
“Maar goudsmid… hij heft echter liefst, het fijnere werk in goud omdat meer geld verdient. Hij maakt knoopen, ringan, haarspelden, als men het in Europa doen kan. Het vermaken van goud moet hier reeds honderden jaren bestaan… blijkt uit de oorringen van verschillende vorm, die door de oude priesteressen vrouwen gedragen heeten TIMBEGA”.
Terjemahan bebas:
“Tetapi para tukang emas (pandai emas)…., orang disini menyukainya karena pengrajin emas berpenghasilan baik. Mereka membuat kancing, cincin dan peniti rambut seperti yang dibuat oleh orang Eropa. Kerajinan dari emas dipastikan telah dikenal ratusan tahun…., buktinya anting emas telah dibuat dalam beberapa bentuk dan digunakan oleh para wanita tua pemimpin adat yang dinamakan TIMBEGA”.
Siapa sebenarnya para tukang emas di Tondano yang telah menguasai teknik membuat perhiasan emas sejak ratusan tahun silam itu?. Melalui sejarah sub ethnic wilayah ini, dapat kita ketahui bahwa penduduk disini awalnya disebut TONTEWO (Tou = orang; Tewo, Tiwo’oh, Asa = Kano-kano/gelagah). Kemudian sub ethnik ini pecah menjadi dua, yakni; Tonsea dan Tondano. Mereka yang melanjutkan pengembaraan sampai pulau Siauw menjadi orang laut atau Tou-Lour. Abad 13-14 pulau Siauw menjadi pelabuhan dagang utama. Hal ini tertulis dalam peta pelayaran China SHUN FENG HSIN SUNG. Mereka menguasai perdangan laut antara pulau Siauw dan Bentenan, bahkan pada abad 15 ketika mendapat persaingan dari Mangindanauw Philipina selatan, mereka sempat menjadi bajak laut. Kemudian orang Tou-Lour kembali ke ibukota Tondano. Mereka inilah yang mempunyai keahlian membuat perhiasan emas.


Sumber: www.grandkawanua.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar