Sabtu, 25 Juni 2011

Konsep Pemberian Nama Negeri Yang Sama di Minahasa

Walaupun bahasa Minahasa terdiri dari beberapa dialek sub ethnik yang punya wilayah sendiri-sendiri, terlihat ada kesamaan dalam konsep pemberian nama negeri. Ini menunjukan bahwa Minahasa dijaman purba hanya memiliki satu bahasa yang kemudian dalam perjalanan sejarah, setiap pakasa'an mengalami perkembangan yang berbeda karena masing-masing pakasa'an mempunyai pelabuhan sendiri untuk berhubungan dengan dunia luar. Pelabuhan tempat penduduk Minahasa turun ke pantai disebut Tumpa'an (Tumpa = Turun). Tombulu' memiliki Tumpa'an Sario, Tontemboan memiliki Tumpa'an Amurang, dan penduduk tepi Danau Tondano memiliki Tumpa'an Kayuwatu, sedangkan Tumpa'an Tonsea sudah berganti nama menjadi Kema.
Dalam perkembangan selanjutnya walaupun sudah terbentuk dialek bahasa sub ethnik, konsep pemberian nama itu masih berlanjut. Menurut teori anthropolog Carl Wilhelm Von Sudow berpendapat bahwa dalam sebuah masyarakat selalu ada pewaris kebudayaan aktif (active bearer), disamping kebudayaan pasif (passive bearer). Pewaris kebudayaan aktif tidak berani memalsukan cerita adat kebiasaan dan selalu berpatokan pada cara lama. Nampaknya dalam upacara adat pemberian nama negeri yang dalam hal ini oleh para Tona'as adat, rupanya memang dipimpin oleh Tona'as setempat. Tetapi sebagai asisten/pembantunya, diikutsertakan Tona'as dari dari sub ethnik lain. Sebagai contoh, bila Tona'as Tontemboan mendirikan negeri diwilayah Tontemboan, akan mendapatkan bantuan dari beberapa Tona'as lain seperti dari Tombulu, Tondano, atau dari Tonsea, demikian juga sebaliknya.
Negeri yang paling banyak memiliki persamaan nama adalah "Paslaten", asal kata "Selat" yang berarti menyelinap diantara dua negeri yang sudah ada, antara dua bukit, antara bukit dan tepi danau, dan sebagainya. 7 (tujuh) negeri yang bernama Paslaten di Minahasa adalah:
  1. Paslaten di Tumaluntung, Tonsea
  2. Paslaten di Tombulu', Tomohon
  3. Paslaten di Teluk Amurang
  4. Paslaten di Kakas tepi Danau Tondano
  5. Paslaten di Remboken tepi Danau Tondano
  6. Paslaten di Langouwan, Tontemboan
  7. Paslaten di Likupang, Minahasa Utara
Negeri nomor dua terbanyak yang memiliki persamaan nama adalah "Kolongan" yang adalah nama tumbuhan talas hutan berwarna bata-bata, aa hitam dan putih (Alocasia Macrorrhiza). 6 (enam) negeri yang bernama Kolongan adalah:
  1. Kolongan di Kec. Kombi, Tondano
  2. Kolongan di Tomohon, Tombulu'
  3. Kolongan di Sonder, Tontemboan
  4. Kolongan di Maumbi, Tonsea
  5. Kolongan di Tatelu, Tonsea
  6. Kolongan di Kalasei, Pineleng
Negeri nomor tiga terbanyak yang memiliki persamaan nama adalah "Sawangan", asal kata "Sawang" yang berarti tolong atau bantu dalam adat kebiasaan Mapalus "Ma'wanua", karena pembangunan negeri saat itu sangat berat bila hanya dilakukan oleh mereka yang mempunyai kepentiangan. 5 (lima) negeri yang bernama Sawangan adalah:
  1. Sawangan di Pinaras, Tomohon
  2. Sawangan di Airmadidi, Tonsea
  3. Sawangan di Kec. Kombi, Tondano
  4. Sawangan di Kokole', Likupang
  5. Sawangan di Kamanta, Manado
Nama negeri yang mempunyai tiga nama sama diwilayah yang berbeda di Minahasa adalah negeri KUMELEMBUAI, SULU'AN, KALAWIRAN, TOMPASO, TOULIANG dan BULO. Kecuali BORGO yang sengaja ditempatkan Hindia Belanda dibeberapa lokasi pantai sekitar Minahasa sejak tahun 1777.
Negeri yang mengambil nama pohon langsa (Lansium Domesticum) adalah:
  1. Lansot di Kema, Tonsea
  2. Lansot di Saronsong Tomohon, Tombulu
  3. Lansot di Rumoong Atas, Tontemboan
  4. Lansa di Kec. Wori, Manado Utara
Nama negeri yang menunjukan lokasi tata letak diketingian hingga dapat "Manembo" atau melihat pemandangan kebawah adalah:
  1. Temboan di Palamba, Pantai Tondano
  2. Temboan di Rurukan, Tomohon
  3. Temboan di Tompaso Baru, Minahasa Selatan
  4. Temboan di Langouwan, Tontemboan
  5. Manembo-nembo di Girian, Tonsea

Tidak ada komentar:

Posting Komentar